1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang penting dalam hidup ini. Dengan
pendidikan kita bisa balajar banyak hal. Kita dapat melakukan
kreatifitas-kreatifitas. Kita juga dapat mencetak sebuah pribadi yang cerdas,
mandiri, dan berwawasan. Hidup kita akan menjadi gelap tanpa ada pendidikan.
Hidup tanpa pendidikan membuat seseorang tidak mengerti makna hidup, tidak mengerti
tujuan hidup, dan buta akan segalanya.
Kleis (1974) berpendapat
sebagai berikut.
pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan
pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang
sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi
antara seseorang atau kelompok dengan ligkunganya. Interaksi itu
menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses
perubahan itu menghasilkan perkembangan (defelopment) bagi kehidupan
seorang atau kelompok dalam lingkunganya.
Sehingga pendidikan adalah sebuah pengalaman yang mampu
membuat kita mengerti tentang beberapa hal. Pedidikan membuat kita belajar
tentang banyak hal yang ada di lingkungan sekita kita. Pendidikan juga mampu
menambah pengalaman hidup kita. Sehingga kita mampu memaknai setiap peristiwa
yang ada di sekitar kita.
Kini kita telah mengetahui ada banyak alternatif pendidikan
untuk anak. Mulai dari pendidikan yang formal, non-formal, hingga informal.
Sehingga membuat sebagian orang tua bingung dalam memilih jalur pendidikan yang
terbaik untuk anak mereka. Para orang tua tentu menginginkan anak mereka
mendapatkan pendidikan yang terbaik dan menjadi seorang anak yang mampu
memiliki pengetahuan yang bermanfaat. Mereka juga akan memilih jalur pendidikan
yang mereka anggap terbaik untuk anak mereka.
Coombs (1973) menjelaskan
pengertian pendidikan formal, non formal, dan informal sebagai berikut.
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis,
berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi dan yang setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan
studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan
profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.
Pendidikan informal adalah proses yang berlagsung
sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan
pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh
lingkungan termasuk didalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan
dengan tetanga, lingkungan pekerjaan, dan permainan, pasar, perpustakaan, dan
media masa.
Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan
terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan
secara mandiri atau merupakanbagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang
sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan
belajarnya.
Dengan banyaknya pilihan jalur pendidikan yang ada di
Indonesia ini tentunya membuat sebagian orang tua bingung untuk memilih jalur
yang terbaik untuk anak mereka. Saat ini yang terlihat paling banyak diambil
oleh para orang tua adalah jalur pendidikan yang formal. Seperti
sekolah-sekolah milik negara maupun swasta. Namun, disamping itu juga banyak
jalur pendidikan yang lain. Misalnya saja lembaga-lembaga privat, homeschooling,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kesetaraan (paket A, paket B, dan paket
C). dan lain sebagainya.
Saat ini ada orang tua yang kecewa dengan pendidikan formal
seperti sekolah-sekolah. Mereka tidak puas dengan sistem yang dimiliki
sekolah-sekolah formal. Seperti sekolah formal yang terlalu memfokuskan pada
nilai rapor dan tidak memfokuskan pada kehidupan dan kemampuan siswa-siswanya.
Di sekolah-sekolah pada umumnya banyak anak-anak yang
menyontek agar memiliki nilai rapor yang baik. Anak menjadi cenderung
berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai rapor yang baik. Sehingga disaat
anak-anak berambisi mendapatkan nilai yag tinggi namun tidak diikuti dengan
kemauan dan kemampuan, maka mereka mulai melakukan kecurangan-kecurangan agar
mendapatkan nilai yang tinggi. Hal inilah yang membuat sebagian orang tua
merasa kecewa dengan pendidikan yang ada di sekolah formal.
Ada sebagian orang tua yang merasa tidak puas dengan sistem
pengajaran di sekolah formal mencari jalan pendidikan lain yang mereka anggap
lebih baik dan mampu membimbing anak mereka menjadi lebih baik. Pendidikan yang
mampu menambah pengetahuan anak dan tidak hanya untuk mendapatkan nilai saja.
Para orang tua tentunya menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak mereka.
Sehingga mereka mencari dan memilih pendidikan yang terbaik untuk anak mereka.
Dengan banyaknya jalur pendidikan yang ada di Indonesia
mampu membuat para orang tua leluasa memilih jalur pendidikan yang mereka
anggap terbaik untuk anak mereka. Seperti halnya homeschooling. Homeschooling
saat ini sudah menjadi istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Homeschooling
merupakan jalan pendidikan lain selain pendidikan formal. Homeschooling
merupakan sekolah rumah. Homeschooling merupakan pendidikan yang
dilakukan di luar sekolah-sekolah formal.
Yuliawati (2009) menyatakan bahwa “homeschooling
(sekolah rumah) adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan
terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun
berlangsung dalam suasana yang kondusif”. Homeschooling adalah sekolah
rumah. Homeschooling adalah sebuah sarana pembelajaran yang dilakukan
sendiri dan diluar sekolah formal.
Homeschooling bisa disebut
dengan sekolah mandiri. Sekolah yang mendidik anak secara terpusat dan
membimbing anak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Berbeda
dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Sekolah-sekolah formal pada umumnya
terdiri dari banyak siswa dengan satu atau dua guru. Namun homeschooling
terdiri dari hanya satu, dua, atau hanya beberapa siswa. Homeschooling
dapat dibimbing dengan satu guru, banyak guru, atau bahkan tanpa seorang guru. Homeschooling
adalah sebuah sarana pembelajaran, hanya saja siswa tidak pergi ke sekolah
seperti siswa yang balajar di sekolah pada umumnya. Homeschooling
sering dianggap sekolah yang cenderung individual. Namun pada dasarnya semua
jenis pendidikan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Demikian
juga dengan homeschooling. “Pandangan homeschooling memberikan
pengertian luas kepada setiap orang untuk lebih mengekspresikan keinginan dan
kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya di lingkungan yang dinamakan sekolah.
Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih juga memiliki peluang besar
sejalan dengan perkembangan pendidikan” (Yuliawati , 2009).
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah dampak positif dari homeschooling?
- Apakah dampak negatif dari homeschooling?
- Apakah persamaan dan perbedaan homeschooling dibandingkan dengan sekolah pada umumnya?
- Faktor apa yang membuat orang tua memilih homeschooling untuk pendidikan anak mereka?
1.3 Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk lebih memahami apa saja
kelebihan dan kekurangan dari homeschooling. Sehingga peserta didik
maupun orang tua mendapatkan pertimbangan akan mengambil jalur pendidikan yang
mana. Orang tua bisa membandingkan homeschooling dengan jalur-jalur pendidikan
yang lain.
Makalah ini dituliskan untuk menambah wawasan orang tua
maupun pendidik tentang jalur pendidikan yang ada di Indonesia serta sebagai
bahan pembanding dengan jalur-jalur lain yang ada saat ini. Sehingga orang tua
mampu memilih jalur pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak serta
mengetahui peranan-peranan penting kita dalam mendidik anak dan upaya-upaya apa
saja yang perlu diperhatikan untuk pendidikan anak. Setelah mengetahui dampak
positif dan negatif dari homeschooling, orang tua dapat
mempertimbangkan apakah homeschooling adalah jalur pendidikan yang
cocok untuk anak mereka.
Untuk mengetahui apa persamaan dan perbedaan homeschooling
dengan sekolah pada umumnya serta mengetahui faktor apa yang menyebabkan
orang tua memilih homeschooling sebagai sarana pendidikan untuk anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dampak Positif Homeschooling
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa homeschooling
adalah sekolah rumah yang cukup berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada
umumnya. Homeschooling adalah sekolah yang dilakukan di rumah atau
langsung pada lingkungan yang ada. Homeschooling biasanya dilakukan
dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik langsung
pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya adalah dengan
obyek kehidupan yang nyata yang bisa langsung dirasakan atau dilihat oleh
peserta didik.
Pendidikan homeschooling ini adalah sarana
pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan peserta didik belajar
secara aktif dan memiliki pengendalian diri. Peserta didik mampu memiliki
kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan keterampilan-keterampilan yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik serta masyarakat. Homeschooling
ini merupakan pendidikan yang dapat menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan
keluarga. Karena dengan sistem pengajaran yang terpusat pada seorang siswa,
pembimbing mampu dengan mudah memahami karakter anak dan mampu membuat
strategi-strategi yang sesuai untuk anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu
menerima dan memahami sebuah pelajaran dengan seksama. Jika seorang anak tidak
memahami dengan apa yang diajarkan pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau
bahkan mencari tahu apa yang dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang
anak mampu memahami secara mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan
tersebut dapat melekat dalam pribadinya.
Nadhirin (2008) berpendapat sebagai berikut.
Metode pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif
menjadi beberapa poin keunggulan homeschooling. Homeschooling
memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses belajar tanpa
harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum.
Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun langsung
mempelajari materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori. Mereka
juga diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas.
Bahkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya
Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan
observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka.Beberapa keunggulan lain homeschooling
sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini menyediakan pendidikan
moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik,
menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan
proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat,
menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah
seperti tawuran, kenakalan remaja (bullying), narkoba dan pelecehan.
Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran
dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya,
memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan nonscholastik
yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Homeschooling juga
memberikan metode pembelajaran yang lebih bebas, dimana anak didik tidak harus
bersekolah dan jauh dari orangtuanya, serta bebas menggunakan sarana
pembelajaran sendiri. Yang terpenting dalam adalah penanaman sikap mental
belajar sehingga anak didik bisa belajar dengan cara mereka sendiri serta
belajar dari siapa saja dan apa saja. Anak didik bisa belajar membuat rumah
kepada tukang bangunan, belajar mengolah sawah kepada petani, belajar memerah
susu kepada peternak sapi, belajar berjualan kepada pedagang, tanpa harus
terikat tempat dan waktu.
Peserta didik homeschooling bisa lebih mandiri
karena anak didik cenderung belajar sendiri dan menemukan sesuatu sendiri
dengan bantuan pendidik. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang ingin
diketahuinya. Peserta didik memilih apa yang disukainya dan apa yang tidak
disukainya.
Peserta didik bisa memiliki potensi yang lebih besar,
karena dia tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang diatur oleh
pemerintah. Di homeschooling peserta didik lebih bebas berkreasi,
karena peserta didik dapat melakukan apa yang dia inginkan yang tentunya itu
adalah mendidik peserta didik tersebut dan mampu menambah wawasan peserta
didik.
Dengan cara kerja homeschooling yang mendidik
siswa untuk mandiri, berkreatifitas tinggi, dan mempelajari kehidupan yang
secara langsung, maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini
karena peserta didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara langsung
menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini
cenderung membuat peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih
tua dan cenderung terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak
sesuai dengan norma, karena peserta didik belajar tidak dengan banyak orang.
Peserta didik lebih tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik
belajar secara individu dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar
sana. Peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari
diri mereka, karena di dalam pembelajarannya peserta didik lebih banyak
berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua dari mereka untuk menambah
pengetahuannya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Selain itu homeschooling ini bersifat ekonomis.
Dapat disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena segala biaya dan kebutuhan
diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga dapat menentukan apa saja
yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak
menuntut orang tua untuk serba tahu. Karena pembelajaran homeschooling
dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat
belajar tentang sesuatu yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal
tersebut sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
Nadhirin (2008) berpendapat sebagai berikut.
Metode homeschooling ada tiga jenis. Pertama, homeschooling
tunggal, kemudian homeschooling majemuk yang terdiri dari dua
keluarga, dan yang terakhir homeschooling komunitas.
1. Homeschooling tunggal adalah homeschooling
yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan
lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani proses
belajar anaknya, jika pun ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan
membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru
tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling,
contonya adalah lembaga Asah Pena asuhan Kak Seto. Lembaga ini mempunyai tim
yang namanya Badan Tutorial yang terdiri dari lulusan berbagai jenis profesi
pendidikan.
2. Homeschooling majemuk adalah homeschooling
yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu
sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing.
3. Sementara homeschooling komunitas adalah
gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menentukan silabus, bahan
ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal
pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memberikan kepercayaan kepada
Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melakukan
kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas.
Dweehan (2009) mengemukakan tentang kelebihan
homeschooling sebagai berikut.
- Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal.
- Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan terendah
- Terlindungi dari tawuran, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan yang malnutrisi.
- Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.
- Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
- Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
- Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
- Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
- Masih memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya
2.2 Dampak Negatif Homeschooling
Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Demikian juga dengan
pendidikan anak. Tidak ada yang mampu memeberikan pendidikan yang selalu
berdampak positif. Setiap jalur pendidikan tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena, itu kita tidak bisa menilai bahwa
jalur-jalur tertentu adalah jalur yang selalu baik dan tidak memiliki dampak
yang negatif. Sehingga orang tua hanya bisa memilih jalur yang mereka anggap
terbaik untuk mereka dan anak mereka.
Selain memiliki kelebihan, homeschooling juga
memiliki kekurangan. Misalnya peserta didik dari homeschooling ini
harus memiliki komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa yang
akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana
apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode seperti apa yang
disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan
yang paling menonjol dari homeschooling adalah anak
tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling sangat menuntut
peran orang tua dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan
anak akan terasa percuma. Orang tua perlu memperhatikan karakter anak,
perkembangan dari anak, dan keinginan anak. Hal ini bertujuan agar orang tua
mampu berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling, orang tua tentu cenderung
melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua yang cenderung berlebihan
ini justru membuat anak menjadi sulit dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyelesaikan masalah-masalah
sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya, karena anak kurang memiliki
pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia telah terbiasa memiliki
perlindungan lebih dari orang tuanya.
Nadhirin (2008) menyatakan bahwa “kekurangan yang tidak
bisa kita pungkiri adalah kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai
status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di
masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan
sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi
berbagai kesalahan atau ketidakpastian.”
Dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih tua saja,
membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya.
Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang yang lebih tua darinya namun
tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak menjadi tidak mampu bekerja dalam tim karena
kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah dididik secara
mandiri dan secara individu membuat anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak
hanya memiliki pergaulan dengan orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling
membuat anak tidak memiliki wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi
kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.
2.3 Persamaan dan Perbedaan Homeschooling dengan
Sekolah pada Umumnya
Homeschooling dan sekolah
pada umumnya memiliki beberapa kesamaan. Beberapa kesamaan itu antara lain
adalah sama-sama sebuah sarana pendidikan yang bertujuan untuk mendidik anak, homeschooling
dan sekolah pada umumnya sama-sama sebuah media pembelajaran, homeschooling
dan sekolah pada umumnya sama-sama mengantarkan anak pada tujuan pendidikan
yang ingin dicapainya.
Selain itu homeschooling dan sekolah-sekolah umum
juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain adalah:
- Apabila sistem yang ada disekolah cenderung memiliki standar-standar tertentu sedangkan pada homeschooling cenderung disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keluarga tersebut.
- Di sekolah umum lebih berpedoman pada kurikulum, namun homeschooling tidak berpedoman pada kurikulum, melainkan lebih disesuaikan denan kondisi keluarga yang ada.
- Jadwal belajar di sekolah telah ditentukan dan sudah mutlak, namun jadwal belajar homeschooling adalah fleksibel. Jadwal belajar homeschooling dapat diatur sesuai dengan kesepakatan anak dan orang tua maupun pembina homeschooling.
- Pada sekolah umum, guru memiliki tanggung jawab atas peserta didik. Para orang tua memberikan kepercayaan kepada guru pembina. Sedangkan pada homeschooling orang tua bertanggungajawab sepenuhnya atas anak. Orang tua harus selalu berpartisipasi dalam pendidikan anak.
- Pada sekolah, peran orang tua dalam membimbing anak cemderung tidak maksimal, karena pendidikan sekolah dijalankan oleh sistem dan guru. Sedangkan pada homeschooling peran orang tua sangat penting, karena peran orang tua juga sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak.
2.4 Faktor-Faktor Orang Tua Memilih Homeschooling
Orang tua tentu memiliki alasan khusus dalam memilih homeschooling
untuk anak mereka. Diantaranya adalah para orang tua kecewa dengan pendidikan
formal. Mereka menganggap bahwa pendidikan formal gagal mendidik anak mereka.
Pendidikan sekolah formal yang selalu memprioritaskan nilai rapor siswa. Bahkan
masalah politik pun juga menjadi faktor orang tua yang lebih memilih homeschooling.
Banyak mafia peradilan di sini. Seperti pembohongan dan penipuan.
Permasalahan biaya juga menjadi faktor orang tua memilih homeschooling.
Pendidikan homeschooling ini lebih ekonomis, karena mereka sendiri
yang mengatur segala keperluan-keperluan dalam pendidikan. Dan mereka bisa
berhemat disini. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan homeschooling tergantung
pada keadaan ekonomi keluarga. Apabila orang tua tidak memiliki biaya yang
cukup, maka orang tua bisa mengeluarkan biaya yang sehemat mungkin namun tetap
dengan pendidikan yang semaksimal mungkin.
Selain itu para orang tua juga melihat dari segi
orang-orang yang telah berhasil dalam hidupnya. Ada banyak tokoh yang berhasil
dengan belajar secara mandiri. Tokoh-tokoh yang berhasil itu kebanyakan belajar
langsung dari kehidupan. Belajar dengan media nyata berupa kehidupan-kehidupan
yang dijalani mereka.
Sumardiono (2008) menyatakan sebagai berikut.
Ada 11 alasan mengapa orangtua memilih homeschooling,
dan hampir
semua alasan ini ada dalam riset yang telah dilakukan di Amerika, alasan
yang berbeda adalah adanya faktor melihat kesuksesan keluarga lain
sebagai inspirasi untuk melakukan homeschooling, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri. Faktor melihat pada kesuksean keluarga
homeschooling lain, tidak didapati dalam riset di Amerika karena
kebudayaan bangsa kita yang bersifat kolektip (collectivistic cultures).
Tiga alasan yang terbanyak dijawab orangtua dari 11 alasan tersebut
adalah sebagai berikut:
semua alasan ini ada dalam riset yang telah dilakukan di Amerika, alasan
yang berbeda adalah adanya faktor melihat kesuksesan keluarga lain
sebagai inspirasi untuk melakukan homeschooling, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri. Faktor melihat pada kesuksean keluarga
homeschooling lain, tidak didapati dalam riset di Amerika karena
kebudayaan bangsa kita yang bersifat kolektip (collectivistic cultures).
Tiga alasan yang terbanyak dijawab orangtua dari 11 alasan tersebut
adalah sebagai berikut:
• Orangtua merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan
anak dan ingin
agar hubungan dengan anak lebih dekat. Pada dasarnya orangtua
menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Keinginan untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan anak inilah yang membuat orangtua
ingin berkorban lebih, terutama dalam hal ini adalah pendidikan. Lewat
homeschooling ini orangtua mengharapkan dapat mempererat hubungan
orangtua dan anak, karena waktu dengan anak bertambah banyak.
agar hubungan dengan anak lebih dekat. Pada dasarnya orangtua
menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Keinginan untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan anak inilah yang membuat orangtua
ingin berkorban lebih, terutama dalam hal ini adalah pendidikan. Lewat
homeschooling ini orangtua mengharapkan dapat mempererat hubungan
orangtua dan anak, karena waktu dengan anak bertambah banyak.
• Penekanan kepada pendidikan iman, pembentukan karakter
dan nilai-nilai
agama yang sesuai. Hal ini didorong oleh kurangnya pendidikan agama,
nilainilai moral dan karakter di sekolah formal. Ada pula sekolah formal
(negeri) yang hanya mengajarkan 1 agama dan mengharuskan semua anak
mengikuti pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama mereka. Hal ini
mendorong
orangtua melakukan homeschooling karena tidak ada pilihan sekolah yang
sesuai dengan keyakinan mereka.
agama yang sesuai. Hal ini didorong oleh kurangnya pendidikan agama,
nilainilai moral dan karakter di sekolah formal. Ada pula sekolah formal
(negeri) yang hanya mengajarkan 1 agama dan mengharuskan semua anak
mengikuti pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama mereka. Hal ini
mendorong
orangtua melakukan homeschooling karena tidak ada pilihan sekolah yang
sesuai dengan keyakinan mereka.
• Tidak setuju dengan kurikulum di sekolah formal (diknas).
Beban
pelajaran dan sistem kurikulum yang dianggap terlalu membebani anak
serta tekanan yang diciptakan guru kepada anak dalam mengejar target
kurikulum membuat banyak orangtua mengeluarkan anak dari sekolah formal.
pelajaran dan sistem kurikulum yang dianggap terlalu membebani anak
serta tekanan yang diciptakan guru kepada anak dalam mengejar target
kurikulum membuat banyak orangtua mengeluarkan anak dari sekolah formal.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa keuntungan dari homeschooling antara lain
adalah anak memiliki kepribadian yang kuat, pembelajaran dapat disesuaikan
dengan keinginan dan kemampuan anak, tidak terikat dengan kurikulum yang
berlaku pada sekolah formal pada umumnya, lebih memiliki kemampuan dalam
kehidupan nyata karena anak belajar dari kehidupan sehari-hari, anak terlindung
dari pergaulan bebas, mampu berinteraksi dengan orang yang lebih tua darinya,
dan terhindar dari penyelewengan yang ada di sekolah formal seperti mafia
peradilan.
Namun selain memiliki keuntungan, homeschooling
juga memiliki kerugian. Diantaranya adalah anak kurang bisa bekerja sama dengan
orang lain sehingga susah apabila anak dihadapkan pada situasi yang membutuhkan
kerja sama, anak kurang memiliki pergaulan karena anak hanya berinteraksi
dengan sebagian orang saja dan anak juga belajar secara individu, anak homeschooling
biasanya cenderung manja karena anak homeschooling ini memiliki
perlindungan yang lebih dari orang tua mereka. Sehingga terkadang anak homeschooling
kurang mampu dalam menghadapi masalah yang tidak pernah diduga olehnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua lebih memilih homeschooling
dari pada sekolah formal pada umumnya antara lain adalah kekecewaan orang tua
dengan sistem pendidikan di sekolah formal yang memprioritaskan nilai rapor
saja, ketidak percayaan lagi orang tua dengan kejujuran di dalam lembaga
pendidikan formal ini, mahalnya biaya sekolah formal, mereka melihat dari
orang-orang yang telah berhasil di dunia ini kebanyakan adalah karena mereka
belajar sendiri, belajar dari kehidupan sehari-hari, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri.
meyekolahkan anak ke luar negeri.
3.2 Saran
Semua sistem pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Satu sistem sesuai untuk kondisi tertentu dan sistem yang lain
lebih sesuai untuk kondisi yang berbeda. Sehingga daripada mencari sistem yang
super, lebih baik mencari sistem yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan
kondisi keluarga.
Sistem pendidikan anak di sekolah memang sudah umum dan
tela dipraktekkan selama bertahun-tahun. Dan sekolah telah menjadi pilihan
hampir seluruh masyarakat. Namun sekolah bukan satu-satunya cara bagi anak
untuk memperolah pendidikan bagi mereka. Sekolah hanyalah salah satu cara bagi
anak untuk belajar dan memperoleh pendidikannya. Sebagai sebuah
institusi/sistem belajar, sekolah tidaklah sempurna. Itulah sebabnya, selalu
ada peluang pembaruan untuk memperbaiki sistem pendidikan. Sebagai sosok yang
bertanggung jawab untuk mengantarkan anak-anak pada masa depannya, orang tua
memiliki tanggung jawab sekaligus pilihan untuk memberikan yang terbaik bagi
anak-anak.
Dari berbagai kelebihan dan kekurangan homeschooling
hendaknya para orang tua mampu memilih sarana pendidikan yang terbaik bagi
anak. Orang tua mampu memahami setiap karakter anak dan mampu memahami
keinginan seorang anak. Agar pendidikan tetap berjalan baik dan anak mampu
menerima pengetahuan, hendaknya peranan orang tua dan situasi atau keadaan
sekitar lingkungan tetap mampu mendukung kegiatan belajar anak dimanapun anak
berada. Karena peran orang tua sangatlah mendukung dalam proses pendidikan
anak. Hendaknya orang tua selalu memantau perkembangan anak. Orang tua
hendaknya memahami jalur pendidikan yang sesuai dengan keadaan anak mereka.
Walaupun anak memilih jalur pendidikan formal yang saat ini
sudah umum, orang tua haruslah tetap memberikan pelajaran diluar pendidikan
formal tersebut. Misalnya saja dengan mengajak anak pergi ke kebun raya,
melihat benda-benda bersejarah di museum, dan lain sebagainya. Sehingga anak
tidak terpaku pada pendidikan formal saja.
DAFTAR RUJUKAN
Ryan. 2010. Homeschooling
Alternatif Pendidikan Berkualitas bagi Anak, (online), (http://humas.sragenkab.go.id/?p=319,
diakses 24 Oktober 2010).
Sumardiono. 2008. Suatu Studi Seputar Penyelenggaraan
HomeschoolingdiI Jabotabek, (online), (http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1532&Itemid=71,
diakses 1 November 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar