Selasa, 20 November 2012

PENGARUH PENDIDIKAN KESETARAAN BAGI ANAK PUTUS SEKOLAH

BAB I. PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).

1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?
3. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia?


1.3 Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia.
2. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.
3. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
4. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia.



BAB II   ISI
2.1 Arti Dari Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2.2 Filosofi Pendidikan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada
pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

2.3 Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
  • Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
  • Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
  • Melestarikan kebudayaan.
  • Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
  • Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
  • Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
  • Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
  • Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
  • Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
  • Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
  • Menjamin integrasi sosial.
  • Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
  • Sumber inovasi sosial.

2.4 Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.
3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.




BAB III       PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.
Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.


3.2 Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

DAFTAR PUSTAKA
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
http://www.psikologizone.com/pengertian-homeschooling-indonesia/06511347


DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF HOMESCHOOLING

1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang penting dalam hidup ini. Dengan pendidikan kita bisa balajar banyak hal. Kita dapat melakukan kreatifitas-kreatifitas. Kita juga dapat mencetak sebuah pribadi yang cerdas, mandiri, dan berwawasan. Hidup kita akan menjadi gelap tanpa ada pendidikan. Hidup tanpa pendidikan membuat seseorang tidak mengerti makna hidup, tidak mengerti tujuan hidup, dan buta akan segalanya.
Kleis (1974) berpendapat sebagai berikut.
pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan ligkunganya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (defelopment) bagi kehidupan seorang atau kelompok dalam lingkunganya.
Sehingga pendidikan adalah sebuah pengalaman yang mampu membuat kita mengerti tentang beberapa hal. Pedidikan membuat kita belajar tentang banyak hal yang ada di lingkungan sekita kita. Pendidikan juga mampu menambah pengalaman hidup kita. Sehingga kita mampu memaknai setiap peristiwa yang ada di sekitar kita.
Kini kita telah mengetahui ada banyak alternatif pendidikan untuk anak. Mulai dari pendidikan yang formal, non-formal, hingga informal. Sehingga membuat sebagian orang tua bingung dalam memilih jalur pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Para orang tua tentu menginginkan anak mereka mendapatkan pendidikan yang terbaik dan menjadi seorang anak yang mampu memiliki pengetahuan yang bermanfaat. Mereka juga akan memilih jalur pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak mereka.
Coombs (1973) menjelaskan pengertian pendidikan formal, non formal, dan informal sebagai berikut.
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.
Pendidikan informal adalah proses yang berlagsung sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetanga, lingkungan pekerjaan, dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa.
Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakanbagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.
Dengan banyaknya pilihan jalur pendidikan yang ada di Indonesia ini tentunya membuat sebagian orang tua bingung untuk memilih jalur yang terbaik untuk anak mereka. Saat ini yang terlihat paling banyak diambil oleh para orang tua adalah jalur pendidikan yang formal. Seperti sekolah-sekolah milik negara maupun swasta. Namun, disamping itu juga banyak jalur pendidikan yang lain. Misalnya saja lembaga-lembaga privat, homeschooling, pendidikan anak usia dini, pendidikan kesetaraan (paket A, paket B, dan paket C). dan lain sebagainya.
Saat ini ada orang tua yang kecewa dengan pendidikan formal seperti sekolah-sekolah. Mereka tidak puas dengan sistem yang dimiliki sekolah-sekolah formal. Seperti sekolah formal yang terlalu memfokuskan pada nilai rapor dan tidak memfokuskan pada kehidupan dan kemampuan siswa-siswanya.
Di sekolah-sekolah pada umumnya banyak anak-anak yang menyontek agar memiliki nilai rapor yang baik. Anak menjadi cenderung berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai rapor yang baik. Sehingga disaat anak-anak berambisi mendapatkan nilai yag tinggi namun tidak diikuti dengan kemauan dan kemampuan, maka mereka mulai melakukan kecurangan-kecurangan agar mendapatkan nilai yang tinggi. Hal inilah yang membuat sebagian orang tua merasa kecewa dengan pendidikan yang ada di sekolah formal.
Ada sebagian orang tua yang merasa tidak puas dengan sistem pengajaran di sekolah formal mencari jalan pendidikan lain yang mereka anggap lebih baik dan mampu membimbing anak mereka menjadi lebih baik. Pendidikan yang mampu menambah pengetahuan anak dan tidak hanya untuk mendapatkan nilai saja. Para orang tua tentunya menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Sehingga mereka mencari dan memilih pendidikan yang terbaik untuk anak mereka.
Dengan banyaknya jalur pendidikan yang ada di Indonesia mampu membuat para orang tua leluasa memilih jalur pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak mereka. Seperti halnya homeschooling. Homeschooling saat ini sudah menjadi istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Homeschooling merupakan jalan pendidikan lain selain pendidikan formal. Homeschooling merupakan sekolah rumah. Homeschooling merupakan pendidikan yang dilakukan di luar sekolah-sekolah formal.
Yuliawati (2009) menyatakan bahwa “homeschooling (sekolah rumah) adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif”. Homeschooling adalah sekolah rumah. Homeschooling adalah sebuah sarana pembelajaran yang dilakukan sendiri dan diluar sekolah formal.
Homeschooling bisa disebut dengan sekolah mandiri. Sekolah yang mendidik anak secara terpusat dan membimbing anak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Sekolah-sekolah formal pada umumnya terdiri dari banyak siswa dengan satu atau dua guru. Namun homeschooling terdiri dari hanya satu, dua, atau hanya beberapa siswa. Homeschooling dapat dibimbing dengan satu guru, banyak guru, atau bahkan tanpa seorang guru. Homeschooling adalah sebuah sarana pembelajaran, hanya saja siswa tidak pergi ke sekolah seperti siswa yang balajar di sekolah pada umumnya. Homeschooling sering dianggap sekolah yang cenderung individual. Namun pada dasarnya semua jenis pendidikan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Demikian juga dengan homeschooling. “Pandangan homeschooling memberikan pengertian luas kepada setiap orang untuk lebih mengekspresikan keinginan dan kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya di lingkungan yang dinamakan sekolah. Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih juga memiliki peluang besar sejalan dengan perkembangan pendidikan” (Yuliawati , 2009).
1.2 Rumusan Masalah
  1. Apakah dampak positif dari homeschooling?
  2. Apakah dampak negatif dari homeschooling?
  3. Apakah persamaan dan perbedaan homeschooling dibandingkan dengan sekolah pada umumnya?
  4. Faktor apa yang membuat orang tua memilih homeschooling untuk pendidikan anak mereka?
1.3 Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk lebih memahami apa saja kelebihan dan kekurangan dari homeschooling. Sehingga peserta didik maupun orang tua mendapatkan pertimbangan akan mengambil jalur pendidikan yang mana. Orang tua bisa membandingkan homeschooling dengan jalur-jalur pendidikan yang lain.
Makalah ini dituliskan untuk menambah wawasan orang tua maupun pendidik tentang jalur pendidikan yang ada di Indonesia serta sebagai bahan pembanding dengan jalur-jalur lain yang ada saat ini. Sehingga orang tua mampu memilih jalur pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak serta mengetahui peranan-peranan penting kita dalam mendidik anak dan upaya-upaya apa saja yang perlu diperhatikan untuk pendidikan anak. Setelah mengetahui dampak positif dan negatif dari homeschooling, orang tua dapat mempertimbangkan apakah homeschooling adalah jalur pendidikan yang cocok untuk anak mereka.
Untuk mengetahui apa persamaan dan perbedaan homeschooling dengan sekolah pada umumnya serta mengetahui faktor apa yang menyebabkan orang tua memilih homeschooling sebagai sarana pendidikan untuk anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Dampak Positif Homeschooling
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa homeschooling adalah sekolah rumah yang cukup berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Homeschooling adalah sekolah yang dilakukan di rumah atau langsung pada lingkungan yang ada. Homeschooling biasanya dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik langsung pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya adalah dengan obyek kehidupan yang nyata yang bisa langsung dirasakan atau dilihat oleh peserta didik.
Pendidikan homeschooling ini adalah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan peserta didik belajar secara aktif dan memiliki pengendalian diri. Peserta didik mampu memiliki kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik serta masyarakat. Homeschooling ini merupakan pendidikan yang dapat menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing mampu dengan mudah memahami karakter anak dan mampu membuat strategi-strategi yang sesuai untuk anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu menerima dan memahami sebuah pelajaran dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak mampu memahami secara mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut dapat melekat dalam pribadinya.
Nadhirin (2008) berpendapat sebagai berikut.
Metode pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin keunggulan homeschooling. Homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun langsung mempelajari materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori. Mereka juga diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka.Beberapa keunggulan lain homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja (bullying), narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Homeschooling juga memberikan metode pembelajaran yang lebih bebas, dimana anak didik tidak harus bersekolah dan jauh dari orangtuanya, serta bebas menggunakan sarana pembelajaran sendiri. Yang terpenting dalam adalah penanaman sikap mental belajar sehingga anak didik bisa belajar dengan cara mereka sendiri serta belajar dari siapa saja dan apa saja. Anak didik bisa belajar membuat rumah kepada tukang bangunan, belajar mengolah sawah kepada petani, belajar memerah susu kepada peternak sapi, belajar berjualan kepada pedagang, tanpa harus terikat tempat dan waktu.
Peserta didik homeschooling bisa lebih mandiri karena anak didik cenderung belajar sendiri dan menemukan sesuatu sendiri dengan bantuan pendidik. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Peserta didik memilih apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya.
Peserta didik bisa memiliki potensi yang lebih besar, karena dia tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang diatur oleh pemerintah. Di homeschooling peserta didik lebih bebas berkreasi, karena peserta didik dapat melakukan apa yang dia inginkan yang tentunya itu adalah mendidik peserta didik tersebut dan mampu menambah wawasan peserta didik.
Dengan cara kerja homeschooling yang mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas tinggi, dan mempelajari kehidupan yang secara langsung, maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini karena peserta didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara langsung menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini cenderung membuat peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dan cenderung terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma, karena peserta didik belajar tidak dengan banyak orang. Peserta didik lebih tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik belajar secara individu dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar sana. Peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari diri mereka, karena di dalam pembelajarannya peserta didik lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Selain itu homeschooling ini bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena segala biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga dapat menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak menuntut orang tua untuk serba tahu. Karena pembelajaran homeschooling dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat belajar tentang sesuatu yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
Nadhirin (2008) berpendapat sebagai berikut.
Metode homeschooling ada tiga jenis. Pertama, homeschooling tunggal, kemudian homeschooling majemuk yang terdiri dari dua keluarga, dan yang terakhir homeschooling komunitas.
1. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling, contonya adalah lembaga Asah Pena asuhan Kak Seto. Lembaga ini mempunyai tim yang namanya Badan Tutorial yang terdiri dari lulusan berbagai jenis profesi pendidikan.
2. Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing.
3. Sementara homeschooling komunitas adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas.
Dweehan (2009) mengemukakan tentang kelebihan homeschooling sebagai berikut.
  • Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal.
  • Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan terendah
  • Terlindungi dari tawuran, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan yang malnutrisi.
  • Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.
  • Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
  • Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
  • Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
  • Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
  • Masih memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya
2.2 Dampak Negatif Homeschooling
Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Demikian juga dengan pendidikan anak. Tidak ada yang mampu memeberikan pendidikan yang selalu berdampak positif. Setiap jalur pendidikan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena, itu kita tidak bisa menilai bahwa jalur-jalur tertentu adalah jalur yang selalu baik dan tidak memiliki dampak yang negatif. Sehingga orang tua hanya bisa memilih jalur yang mereka anggap terbaik untuk mereka dan anak mereka.
Selain memiliki kelebihan, homeschooling juga memiliki kekurangan. Misalnya peserta didik dari homeschooling ini harus memiliki komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa yang akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode seperti apa yang disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan yang paling menonjol dari homeschooling adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling sangat menuntut peran orang tua dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan anak akan terasa percuma. Orang tua perlu memperhatikan karakter anak, perkembangan dari anak, dan keinginan anak. Hal ini bertujuan agar orang tua mampu berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling, orang tua tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua yang cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya, karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Nadhirin (2008) menyatakan bahwa “kekurangan yang tidak bisa kita pungkiri adalah kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.”
Dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih tua saja, membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya. Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang yang lebih tua darinya namun tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak menjadi tidak mampu bekerja dalam tim karena kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah dididik secara mandiri dan secara individu membuat anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling membuat anak tidak memiliki wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.
2.3 Persamaan dan Perbedaan Homeschooling dengan Sekolah pada Umumnya
Homeschooling dan sekolah pada umumnya memiliki beberapa kesamaan. Beberapa kesamaan itu antara lain adalah sama-sama sebuah sarana pendidikan yang bertujuan untuk mendidik anak, homeschooling dan sekolah pada umumnya sama-sama sebuah media pembelajaran, homeschooling dan sekolah pada umumnya sama-sama mengantarkan anak pada tujuan pendidikan yang ingin dicapainya.
Selain itu homeschooling dan sekolah-sekolah umum juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain adalah:
  • Apabila sistem yang ada disekolah cenderung memiliki standar-standar tertentu sedangkan pada homeschooling cenderung disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keluarga tersebut.
  • Di sekolah umum  lebih berpedoman pada kurikulum, namun homeschooling tidak berpedoman pada kurikulum, melainkan lebih disesuaikan denan kondisi keluarga yang ada.
  • Jadwal belajar di sekolah telah ditentukan dan sudah mutlak, namun jadwal belajar homeschooling adalah fleksibel. Jadwal belajar homeschooling dapat diatur sesuai dengan kesepakatan anak dan orang tua maupun pembina homeschooling.
  • Pada sekolah umum, guru memiliki tanggung jawab atas peserta didik. Para orang tua memberikan kepercayaan kepada guru pembina. Sedangkan pada homeschooling orang tua bertanggungajawab sepenuhnya atas anak. Orang tua harus selalu berpartisipasi dalam pendidikan anak.
  • Pada sekolah, peran orang tua dalam membimbing anak cemderung tidak maksimal, karena pendidikan sekolah dijalankan oleh sistem dan guru. Sedangkan pada homeschooling peran orang tua sangat penting, karena peran orang tua juga sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak.
2.4 Faktor-Faktor Orang Tua Memilih Homeschooling
Orang tua tentu memiliki alasan khusus dalam memilih homeschooling untuk anak mereka. Diantaranya adalah para orang tua kecewa dengan pendidikan formal. Mereka menganggap bahwa pendidikan formal gagal mendidik anak mereka. Pendidikan sekolah formal yang selalu memprioritaskan nilai rapor siswa. Bahkan masalah politik pun juga menjadi faktor orang tua yang lebih memilih homeschooling. Banyak mafia peradilan di sini. Seperti pembohongan dan penipuan.
Permasalahan biaya juga menjadi faktor orang tua memilih homeschooling. Pendidikan homeschooling ini lebih ekonomis, karena mereka sendiri yang mengatur segala keperluan-keperluan dalam pendidikan. Dan mereka bisa berhemat disini. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan homeschooling tergantung pada keadaan ekonomi keluarga. Apabila orang tua tidak memiliki biaya yang cukup, maka orang tua bisa mengeluarkan biaya yang sehemat mungkin namun tetap dengan pendidikan yang semaksimal mungkin.
Selain itu para orang tua juga melihat dari segi orang-orang yang telah berhasil dalam hidupnya. Ada banyak tokoh yang berhasil dengan belajar secara mandiri. Tokoh-tokoh yang berhasil itu kebanyakan belajar langsung dari kehidupan. Belajar dengan media nyata berupa kehidupan-kehidupan yang dijalani mereka.
Sumardiono (2008) menyatakan sebagai berikut.
Ada 11 alasan mengapa orangtua memilih homeschooling, dan hampir
semua alasan ini ada dalam riset yang telah dilakukan di Amerika, alasan
yang berbeda adalah adanya faktor melihat kesuksesan keluarga lain
sebagai inspirasi untuk melakukan homeschooling, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri. Faktor melihat pada kesuksean keluarga
homeschooling lain, tidak didapati dalam riset di Amerika karena
kebudayaan bangsa kita yang bersifat kolektip (collectivistic cultures).
Tiga alasan yang terbanyak dijawab orangtua dari 11 alasan tersebut
adalah sebagai berikut:
• Orangtua merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dan ingin
agar hubungan dengan anak lebih dekat. Pada dasarnya orangtua
menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Keinginan untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan anak inilah yang membuat orangtua
ingin berkorban lebih, terutama dalam hal ini adalah pendidikan. Lewat
homeschooling ini orangtua mengharapkan dapat mempererat hubungan
orangtua dan anak, karena waktu dengan anak bertambah banyak.
• Penekanan kepada pendidikan iman, pembentukan karakter dan nilai-nilai
agama yang sesuai. Hal ini didorong oleh kurangnya pendidikan agama,
nilainilai moral dan karakter di sekolah formal. Ada pula sekolah formal
(negeri) yang hanya mengajarkan 1 agama dan mengharuskan semua anak
mengikuti pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama mereka. Hal ini
mendorong
orangtua melakukan homeschooling karena tidak ada pilihan sekolah yang
sesuai dengan keyakinan mereka.
• Tidak setuju dengan kurikulum di sekolah formal (diknas). Beban
pelajaran dan sistem kurikulum yang dianggap terlalu membebani anak
serta tekanan yang diciptakan guru kepada anak dalam mengejar target
kurikulum membuat banyak orangtua mengeluarkan anak dari sekolah formal.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa keuntungan dari homeschooling antara lain adalah anak memiliki kepribadian yang kuat, pembelajaran dapat disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan anak, tidak terikat dengan kurikulum yang berlaku pada sekolah formal pada umumnya, lebih memiliki kemampuan dalam kehidupan nyata karena anak belajar dari kehidupan sehari-hari, anak terlindung dari pergaulan bebas, mampu berinteraksi dengan orang yang lebih tua darinya, dan terhindar dari penyelewengan yang ada di sekolah formal seperti mafia peradilan.
Namun selain memiliki keuntungan, homeschooling juga memiliki kerugian. Diantaranya adalah anak kurang bisa bekerja sama dengan orang lain sehingga susah apabila anak dihadapkan pada situasi yang membutuhkan kerja sama, anak kurang memiliki pergaulan karena anak hanya berinteraksi dengan sebagian orang saja dan anak juga belajar secara individu, anak homeschooling biasanya cenderung manja karena anak homeschooling ini memiliki perlindungan yang lebih dari orang tua mereka. Sehingga terkadang anak homeschooling kurang mampu dalam menghadapi masalah yang tidak pernah diduga olehnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua lebih memilih homeschooling dari pada sekolah formal pada umumnya antara lain adalah kekecewaan orang tua dengan sistem pendidikan di sekolah formal yang memprioritaskan nilai rapor saja, ketidak percayaan lagi orang tua dengan kejujuran di dalam lembaga pendidikan formal ini, mahalnya biaya sekolah formal, mereka melihat dari orang-orang yang telah berhasil di dunia ini kebanyakan adalah karena mereka belajar sendiri, belajar dari kehidupan sehari-hari, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri.
3.2 Saran
Semua sistem pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Satu sistem sesuai untuk kondisi tertentu dan sistem yang lain lebih sesuai untuk kondisi yang berbeda. Sehingga daripada mencari sistem yang super, lebih baik mencari sistem yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan kondisi keluarga.
Sistem pendidikan anak di sekolah memang sudah umum dan tela dipraktekkan selama bertahun-tahun. Dan sekolah telah menjadi pilihan hampir seluruh masyarakat. Namun sekolah bukan satu-satunya cara bagi anak untuk memperolah pendidikan bagi mereka. Sekolah hanyalah salah satu cara bagi anak untuk belajar dan memperoleh pendidikannya. Sebagai sebuah institusi/sistem belajar, sekolah tidaklah sempurna. Itulah sebabnya, selalu ada peluang pembaruan untuk memperbaiki sistem pendidikan. Sebagai sosok yang bertanggung jawab untuk mengantarkan anak-anak pada masa depannya, orang tua memiliki tanggung jawab sekaligus pilihan untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak.
Dari berbagai kelebihan dan kekurangan homeschooling hendaknya para orang tua mampu memilih sarana pendidikan yang terbaik bagi anak. Orang tua mampu memahami setiap karakter anak dan mampu memahami keinginan seorang anak. Agar pendidikan tetap berjalan baik dan anak mampu menerima pengetahuan, hendaknya peranan orang tua dan situasi atau keadaan sekitar lingkungan tetap mampu mendukung kegiatan belajar anak dimanapun anak berada. Karena peran orang tua sangatlah mendukung dalam proses pendidikan anak. Hendaknya orang tua selalu memantau perkembangan anak. Orang tua hendaknya memahami jalur pendidikan yang sesuai dengan keadaan anak mereka.
Walaupun anak memilih jalur pendidikan formal yang saat ini sudah umum, orang tua haruslah tetap memberikan pelajaran diluar pendidikan formal tersebut. Misalnya saja dengan mengajak anak pergi ke kebun raya, melihat benda-benda bersejarah di museum, dan lain sebagainya. Sehingga anak tidak terpaku pada pendidikan formal saja.

DAFTAR RUJUKAN
Ryan. 2010. Homeschooling  Alternatif Pendidikan Berkualitas bagi Anak, (online), (http://humas.sragenkab.go.id/?p=319, diakses 24 Oktober 2010).
Sumardiono. 2008. Suatu Studi Seputar Penyelenggaraan HomeschoolingdiI Jabotabek, (online), (http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1532&Itemid=71, diakses 1 November 2010).