TAKKAN
BERTEMU IBU LAGI SELAMANYA
Pada suatu malam
andrian si eksekutif muda, seperti biasa sibuk memperhatikan berkas-berkas
pekerjaan kantor. ia sedang memepersiapkan rapat umum yang diadakan esok pagi.
ketika sedang menyeleksi dokumen kantor, tiba-tiba hp nya berdering tertulis
nama ibu, andrian membiarkan hp nya berdering terus menerus.
Keesokannya ketika
sedang rapat ibu menghubunginya lagi kring… kring.. ia mengangkatnya karena tak
mungkin membiarkan handphonenya terus berdering ketika rapat berlangsung,
“hallo nak, bagaimana kabarmu disana?” sapa ibu tapi yang keluar dari mulut
andrian malah “apaan sih bu, aku sedang sibuk” jawab andrian dengan nada marah.
“maafkan ibu, ibu tak bermaksud mengganggumu. ibu hanya ingin menanyakan kapan
kamu pulang ke bandung?” dengan rasa bersalah karena telah membuat andrian
marah “lain kali aku telpon lagi” andrian tak menjawab dan malah menutup telpon
tanpa ada salam.
Ibu sangat sedih anak
yang ia besarkan sendiri tanpa ada seorang suami, siang malam ia bekerja agar
anaknya bisa mendapatkan pendidikan terbaik dari SD, SMP, SMA hingga ke
UNIVERSITAS tapi apa, setelah ia sukses di jakarta malah berbicara seperti itu
dan menanggap bahwa ibunya tak lebih penting dari pekerjaannya. “mungkin ia
sedang sibuk” anak wanitanya anita datang yang merupakan adik andrian. “ibu
kenapa?” tanya anita “ibu tak apa nak” jawab ibu dengan pelan dan sedikit
senyum, “apakah ada hubungannya dengan kak andrian?” ibu hanya terdiam dengan
wajah penuh kecewa dan terkulai.
Lalu anita menelpon menghubungi andrian dan
menasihati kakanya, namun itu tak merubah pendirian andrian untuk tak pulang,
dan dengan sombongnya ia berkata “kakak bekerja di sini bukan untuk kakak saja
tapi untukmu dan terutama ibu, harusnya kau berterima kasih karenaku kau bisa
masuk SMA favorit dan melanjutkan ke universitas terbaik di bandung”. “sudahlah
nak jangan ganggu ia sedang sibuk sekali” ucap ibu agar kemarahan andrian tidak
semakin parah.
Satu minggu kemudian
ibu menelpon, menyapa andrian dan memberi nasihat agar ia tak meniggalkan
shalat dan menjaga kesehatan. lalu menanyakan hal sama kapan ia akan pulang ia
ingin berfoto bersama anak-anaknya lagi-lagi ia marah dan berkata “aku sudah
sukses, pekerjaanku banyak dan aku sangat sibuk sekali aku tak ada waktu untuk
pulang hanya untuk berfoto keluarga” “maafkan ibu nak telah mengganggumu, akan
tetapi foto itu sudah 4 tahun lalu. ya sudah ibu tutup telponnya”.
Padahal ia tak pernah mengharapkan sepeser pun uang hasil jerih payah anaknya, yang ia ingin hidup bahagia bersama anak-anaknya.
Padahal ia tak pernah mengharapkan sepeser pun uang hasil jerih payah anaknya, yang ia ingin hidup bahagia bersama anak-anaknya.
Setiap hari ibu
menelpon dan jawab anaknya sama tak ingin pulang. 3 hari kemudian anita
menelpon bahwa ibu sedang sakit dan dirawat di rumah sakit karena penyakit
typus. ibu menginginkan andrian pulang. dalam keadaan ibunya seperti itu ia
lebih mementingkan pekerjaannya dan berkata “besok aku akan pergi ke singapura
untuk urusan kerja selama satu minggu aku tak bisa pulang, mungkin lain kali
dan katakan pada ibu semoga lekas sembuh dan katakan pula aku telah
mendaftarkannnya naik haji”. ia telah lupa masa lalu bagaimana ibunya susah
payah menyekolahkannya, ia terfokus masa depan dan cita-citanya menjadi orang
sukses, tinggal di rumah mewah dan membanggakan ibunya yang membuat ia lupa
bahwa kehadirannya saat ini sangatlah penting dibandingkan berita bahwa ibu
telah terdaftar jadi jemaah haji.
Kemudian ia pulang dari
singapura dan menyetop taksi untuk pergi ke kantor, ia lega telah sampai di
jakarta namun ia khawatir karena jalanan macet. andrian melihat si supir taksi
muda mengangkat telpon setelah itu ia berkata dengan ramah “maaf pak, saya tak
bisa mengantarkan sampai tempat tujuan karena ada urusan penting”, jalanan
macet dan waktu yang mepet membuat ia marah “urusan apa itu?” “sekali lagi saya
minta maaf, ibu meminta diantarkan ke rumah sakit” tanya andrian lagi “hanya
karena itu kau menuurunkan ku di jalan?, saya akan membayarmu 2 kali lipat asal
kau mengantarku. jika tidak akan ku pastikan kau dipecat jadi supir taksi”
ancam andrian, ia mengabaikan omongan andrian “bukan saya tak butuh uang, tapi
ibu buta dan sedang sakit parah. saya tak peduli itu karena bagi saya ibu
segalanya ia yang merawtku saat sedang sakit bahkan ia rela menjual organ
tubuhnya untuk menebus ijazah dan memasukan saya kuliah, inilah bentuk bakti
saya” jawab si supir taksi.
Jawabnya sontak membuat andrian sedih dan ingat perjuangan ibu untuknya. hatinya seperti dibakar api yang teramat panas. setelah rapat, ia langsung menelpon ibu dengan penuh penyesalan, ia meminta maaf dengan mulut bergetar dan menangis. rentetan pertanyaan ibu ajukan, dan andrian berjanji akan meninggalkan pekerjaanya sejenak untuk pulang dan berfoto. mendengar itu ibu senang sekali.
Jawabnya sontak membuat andrian sedih dan ingat perjuangan ibu untuknya. hatinya seperti dibakar api yang teramat panas. setelah rapat, ia langsung menelpon ibu dengan penuh penyesalan, ia meminta maaf dengan mulut bergetar dan menangis. rentetan pertanyaan ibu ajukan, dan andrian berjanji akan meninggalkan pekerjaanya sejenak untuk pulang dan berfoto. mendengar itu ibu senang sekali.
Keesokan hari andrian
menghubungi ibu dan mengatakan ia tak bisa pulang karena sedang sakit, ia
meminta ibu dan anita pergi ke jakarta dan berfoto di jakarta. tanpa berfikir
panjang ibu meng iya kan itu, pesawat menuju jakarta batal berangkat, itu tak
mengurungkan niat ibu pada hari itu, akhirnya ibu dan anita pergi dengan
kereta. menungggu di appartment andrian tak sabar bertemu ibu. namun kejadian
buruk pun terjadi ia mendapat kabar bahwa kereta yang ditumpangi ibu tabrakan
dengan kereta lain ada 37 korban tewas, dan begitu terpukul ketika ia dengar
salah satunya adalah ibunya tercinta. pada saat itu andrian benar-benar tak
percaya dan seakan detak jantungnya terhenti “ibu… maafkan aku” teriak andrian
sambil membanting ponselnya.
Hari itu seperti kiamat
baginya harus kehilangan orang yang paling ia cintai. permintaan sederhana ibu
pun tak terpenuhi, masih terngiang-ngiang dalam ingatan andrian begitu
perhatian ibunya “bagaimana kabarmu? apa kau sudah makan? bagaimana dengan
pekerjaanmu? jangan lupa jaga kesehatan nak”, kini kata kata simpel itu terasa
berarti berarti sekali.
Sore itu semuanya telah
berlalu hanya tersisa penyesalan teramat mendalam. andrian tak bisa menahan
sedihnya 3 bulan tak bertemu dan ketika bertemu ibunya sudah terbujur kaku dan
tak bernyawa lagi. “ibu andrian mohon ampun” teriaknya dengan kencang sambil
bersujud dan menangis di hadapan mayat ibunya. rumah mewah yang ia akan berikan
dan tiket haji yang telah ada takkan pernah ibu rasakan karena telah tiada.
teringat janjinya berfoto bersama ibu dan adiknya, ibu telah tiada ia berusaha
mengabulkan itu dengan berfoto bersama anita dan menempelkan foto ibu di antara
mereka.
Cerpen Karangan: Ismi Fitriyani
Facebook: Ismi Fittriyani Moekti
Nama Lengkap: Ismi Fitriyani
Umur: 15 Tahun
Kota Tinggal: Bogor
Facebook: Ismi Fittriyani Moekti
Nama Lengkap: Ismi Fitriyani
Umur: 15 Tahun
Kota Tinggal: Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar