KONSEP ILMU SOSIAL DASAR
PSIKOLOGI
Di susun oleh : Nama : Nurjanah
KELAS : 1KB04
NPM : 25112503
JURUSAN SISTEM KOMPUTER
MATA KULIAH : SOFT SKILL
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Jl.
Akses Kelapa Dua Kelapa Dua, Cimanggis Phone : 8719525, 8710561, 8727541 ext.
103,106 Fax : 8710561
DEPOK
2012
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang masalah
1.2
Tujuan pembahasan
1.3
Perumusan masalah
1.4
Metodologi penulisan
BAB 2 ISI DAN
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian psikologi
2.2.
Metode psikologi
2.3.
Percabangan ilmu psikologi
2.4.
Psikologi pendidikan
BAB 3 PENUTUP
3.1.
Saran
3.2.
Kesimpulan
Daftar pustaka
Kata pengantar
Puji dan syukur
penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“ makalah ilmu sosial dasar psikologi ” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari
bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan yang maha
esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengahaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini
memuat tentang krisis moral remaja dan sengaja dipilih karena menarik perhatian
penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang
peduli terhadap kemajuan bangsa.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memmberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Makalah ini
saya susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas mata kuliah ilmu
sosial dasar tentang psikologi. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang
landasan psikologis dalam pendidikan maka pembahasan yang kami lakukan sangat
perlu untuk dibincangkan. Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia,
sehingga landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam
bidang pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk landasan
psikologis dalam pendidikan.
Perbedaan
individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar
peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi
juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan
cita-cita bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu,
pendidik perlu memahami perkembangan individu setiap peserta didiknya baik itu
prinsip perkembangannya maupun arah perkembangannya.
Nurjanah, 24 Oktober 2012
Penyusun
1.2
TUJUAN PEMBAHASAN
-
Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
-
Mencipatakan iklim belajar yang kondusif
-
Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik
1.3
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas :
-
Pengertian psikologi pendidikan.
-
Metode dalam psikologi dan percabangan konsentrasi psikologi.
-
Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar.
1.4
METODOLOGI PENULISAN
- Inventarisasi
ide atau gagasan.
- Memilih
ide atau gagasan
- Ubah ide
menjadi topik dan judul tulisan.
- Buat
rancangan tulisan.
-
Berdasarkan kerangka tulisan, himpun sumber bacaan yang sesuai.
BAB 2 ISI
2.1.
PENGERTIAN PSIKOLOGI
Sebagai bagian
dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan
sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya tahun
1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.Psikologi sendiri sebenarnya telah dikenal
sejak jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (
levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari
gejala – gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap
– tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi
sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk
pragmatisnya di benua Amerika
Psikologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikologi
merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya
psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut
plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan
hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ;logos = ilmu
pengetahuan).
Jiwa secara
harfiah berasal dari perkataan sansekerta JIV, yang berarti lembaga
hidup (levensbeginsel), atau daya hidup (levenscracht). Oleh
karena jiwa itu merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum
bisa diungkapkan secara lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung
mempelajari “jiwa yang memateri” atau gejala “jiwa yang meraga/menjasmani”,
yaitu bentuk tingkah laku manusia (segala aktivitas, perbuatan, penampilan
diri) sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, psikologi butuh berabad-abad lamanya
.
Perkataan tingkah
laku/perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali. Yaitu tidak hanya
mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan, berlari-lari,
berolah-raga, bergerak dan lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam
fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, pengenalan
kembali, penampilan emosi-emosi dalan bentuk tangis, senyum dan lai-lain.
Kegiatan berpikir
dan berjalan adalah sebuah kegiatan yang aktif. Setiap penampilan dari
kehidupan bisa disebut sebagai aktivitas. Seseorang yang diam dan mendengarkan
musik atau tengah melihat televisi tidak bisa dikatakan pasif. Maka situasi
dimana sama sekali sudah tidak ada unsur keaktifan, disebut dengan mati.
Pada pokoknya,
psikologi itu menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti
berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam
kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1) pengenalan
atau kognisi, 2) perasaan atau emosi, 3) kemauan atau konasi, 4) gejala
campuran.
Namun hendaknya
jangan dilupakan, bahwa setiap aktivitas psikis/jiwani itu pada waktu yang sama
juga merupakan aktifitas fisik/jasmani. Pada semua kegiatan jasmaniah kita,
otak dan perasaan selalu ikut berperan ; juga alat indera dan otot-otot ikut
mengambil bagian didalamnya.
Penyelidikan
terhadap organ-organ manusia digolongkan dalam ilmu fisiologi. Yaitu meneliti
peranan setiap organ dalam fungsi-fungsi kehidupan seperti meneliti segala
sesuatu tentang mata, ketika subyek bisa melihat dan juga meneliti pengaruh
kerja otak untuk mengkoordinir semua perbuatan individu guna menyesuaikan
dengan lingkungnnya. Jika fungsi segenap organ dan tingkah laku banyak
dijelaskan oleh fisiologi, maka masih perlukah bidang keilmuan psikologi?
Fisiologi
memberikan penjelasan macam-macam tingkah laku lahiriah yang menjasmani
sifatnya. Sedang manusia merupakan suatu totalitas jasmaniah rokhani. Semua
bentuk dorongan dan impuls dalam diri manusia yang menyebabkan timbulnya
macam-macam aktifitas fisik dan psikis, dijelaskan oleh psikologi. Misalnya,
jika seseorang menaruh rasa semangat yang tinggi , ketika ia mengahadapi suatu
masalah tertentu maka ia akan menaggapi masalah itu dengan semangat untuk
menyelesaikannya.
2.2. METODE
PSIKOLOGI
2.2.1
Metodologi Eksperimental
Cara ini
dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai
eksperimen. Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu
eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan
ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan
penelitiannya, dan sebagainya. Pada metode eksperimental, maka sifat
subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode
instrospeksi murni hanya diri peneliti yang menjadi objek. Tetapi pada
instrospeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang – orang yang
dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya subjek penelitian maka
hasil yang didapatkan akan lebih objektif
2.2.2 Observasi
Ilmiah
Pada pengamatan
ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja.
Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah ini dapat
diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja : tingkah laku
orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan
bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang
dalam bencana alam, dan sebagainya.
2.2.3 Sejarah
Kehidupan (metode biografi)
Sejarah kehidupan
seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui
“jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang
tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi
minatnya sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius
untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya. Dalam metode ini orang
menguraikan tentang keadaaa, sikap – sikap ataupun sifat lain mengenai orang
yang bersangkutan . Pada metode ini disamping mempunyai
keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak jarang metode ini bersifat
subjektif .
2.2.4
Wawancara
Wawancara
merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang
diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya,
pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai
dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.Baik angket atau interview
keduanya mempunyai persamaan, tetapi berbeda dalam cara penyajiannya.
Keuntungan interview dibandingkan dengan angket yaitu:
1.
Pada
interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat diperjelas
2.
interviwer(penanya)
dapat menyesuaikan dengan suasana hati interviwee ( responden yang ditanyai)
3.
Terdapat
interaksi langsung berupa face to facesehingga diharapkan dapat membina
hubungan yang baik saat proses interview dilakukan.
2.2.5 Angket
Angket merupakan
wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara
tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai tinggal
membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula.
Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki.
2.2.6 Pemeriksaan
Psikologi
Dalam bahasa
populernya disebut juga dengan psikotes Metode ini menggunakan
alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh
para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan
unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat
seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari
orang yang diperiksa itu.
2.2.7 Metode
Analisis Karya
Dilakukan dengan
cara menganalisis hasil karya seperti gambar – gambar, buku harian atau
karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat dianggap sebagai
pencetus dari keadaan jiwa seseorang .
2.2.8 Metode
Statistik
Umumnya digunakan
dengan cara mengumpulkan data atau materi dalam penelitian lalu mengadakan
penganalisaan terhadap hasil; yang telah didapat
2.3. PERCABANGAN
ILMU PSIKOLOGI
Psikologi terbagi
ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general psikologi) yang mengkaji
perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu
dalam situasi khusus diantaranya :
- Psikologi perkembangan : mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
- Psikologi kepribadian : mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
- Psikologi klinis : mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
- Psikologi abnormal : mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
- Psikologi industri : mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan industri.
- Psikologi pendidikan : mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan.
Disamping jenis –
jenis psikologi yang disebutkan diatas, masih terdapat berbagai jenis psikologi
lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang,
sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi
pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki
kriteria persyaratan suatu ilmu yakni :
- Ontologis : objek dari psikologi pendidikan adalah suatu perilaku – perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
- Epistemologis : teori – teori, konsep – konsep, prinsip – prinsip dan dalil –dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi logitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
- Aksiologis : manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
2.4.
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi
pendidikan adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan
diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan. Psikologi pendidikan adalah bidang yang sangat luas sehingga
dibutuhkan satu buah bahasan tersendiri untuk menjelaskannya.
Awal mula
munculnya psikologi pendidikan berawal dari tokoh pertama, William James
(1842-1910) memberikan serangkaian kuliah bertajuk “Talks to Teachers”.
Dalam kuliah ini ia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. Ia
menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna
meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar
pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman
anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
Tokoh kedua, John
Dewey (1859-1952) merupakan motor penggerak pengaplikasian psikologi dalam
tingkat praktis, sehingga kemudian ia membangun laboratorium psikologi
pendidikan pertama di Universitas Columbia Amerika Serikat (1894). Beberapa
kajian yang penting darinya adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang
anak sebagai pembelajar aktif (active learning), dimana anak bukan pasif
duduk diam menerima pelajaran tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan
lebih baik.
Kedua, pendidikan
harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak-anak seharusnya
tidak mendapatkan pelajaran akademik saja, tetapi juga harus mempelajari cara
untuk berpikir dan beradaptasi dengan lingkungan luar sekolah, seperti mampu
untuk memecahkan masalah dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak
berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin,
laki-laki dan perempuan, semua golongan etnis, sampai pada semua lapisan
ekonomi-sosial.
Tokoh ketiga, E.L
Thorndike (1874-1949) berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah
yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat
ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah. Thorndike
mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan
harus berfokus pada pengukuran.
Mengajar :
Antara Seni dan Ilmu
Pengetahuan
Seberapa
ilmiahkah pendekatan mengajar yang dipakai seorang guru? Baik sains maupun seni
dan pengalaman keahlian mengajar berperan penting bagi keberhasilan seorang
guru. Bidang psikologi pendidikan banyak mengambil sumber teori dan riset
psikologi yang lebih luas. Misalnya, teori perkembangan kognitif dan bicara
dalam rangka memberikan informasi bagi guru tentang bagaimana mendidik anak.
Psikologi
pendidikan juga banyak memanfaatkan teori dan riset yang disusun dan dilakukan
langsung oleh para ahli psikologi pendidikan dan dari pengalaman praktis para
guru. Misalnya, motivasi, mengajar dan pembelajaran yang seharusnya diterapkan
dalam proses pendidikan. Ahli psikologi pendidikan juga mengakui bahwa mengajar
terkadang harus mengabaikan saran-saran ilmiah, tetapi menggunakan improvisasi
dan spontanitas.
Sebagai sebuah
ilmu, tujuan psikologi pendidikan adalah memberi kita pengetahuan riset yang
dapat secara efektif di aplikasikan untuk situasi mengajar. Tetapi, pengajaran
kita tetap merupakan sebuah seni mengajar. Selain hal-hal yang bisa kita
pelajari dari riset, kita juga akan terus-menerus membuat penilaian penting di
kelas berdasarkan keahlian dan pengalaman pribadi kita, dan juga berdasarkan
saran yang bijak dari guru-guru lain yang lebih berpengalaman
Agar fungsi
pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan
baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua
bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud,
1985 :11).
1. Faktor
Fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor
instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran
turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek
didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian
material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan
gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat
lebih kompeks.
Faktor
lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu
mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif
dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan
hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial
yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan
pencapaian hasil belajar yang optimal.
Yang tak kalah
pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang
tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).
Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan
sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya,
pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini
seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis
lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi
individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran
jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani
yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai
tindakan belajar.
2. Faktor
Psikologis
Faktor-faktor
psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar
jumlahnya
banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah.
perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan
dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai
gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
2.1. Perhatian
Tentulah dapat
diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar
akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya
kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini
dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu,
seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek
didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi
dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi
pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari
subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak
disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk
mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di
sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian
psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan
yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
2.2. Pengamatan
Pengamatan adalah
cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran,
perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya
pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan
penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan
pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan
modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara
unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam
proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya
dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh
subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian,
para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam
penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya
penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan,
umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.
2.3. Ingatan
Secara teoritis,
ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1)
menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin
karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan merima
kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek
didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks
pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai
dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada
subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang
mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik,
terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan
lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci
nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain dari
ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak
sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum
terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan
tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada
awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban,
dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu
yang relatif lama.
Untuk mencapai
proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan,
subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran
sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau
mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini,
misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial
pembelajaran selesai.
Kemampuan
resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah
dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal
yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.
Pendidik dapat
mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas
mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.
2.4. Berfikir
Definisi yang
paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam
Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan
konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa
pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada
dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1)
pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan
kesimpulan.
Kemampuan
berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal
akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif
berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang
memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang
satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik
untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya
pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional
akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka.
Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik
untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
2.5. Motif
Motif adalah
keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar,
seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan
baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang
pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif
intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin
mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks
belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka
panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek
didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini,
umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara
individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik
untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus
memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang
negatif.
Motif ekstrinsik
bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni
menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap
subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus
membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat
grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya
tidak berada di bawah prestasi orang
BAB 3 PENUTUP
3.1 SARAN
Psikologis
pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasna sangat
dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik
harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap
tahap perkembangan yang berbeda mulai dari bayi hingga dewasa.
3.2KESIMPULAN
Karena begitu
pentingnya psikologis pendidikan maka seluruh calon pendidik dan para pendidik
diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasikan landasan psikologis agar
proses pendidikan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA